Monday, August 18, 2025

Tersesat Bahasa: Pengalaman Lucu di Nathawee, Thailand Selatan

Ada-ada saja pengalaman lucu saat bepergian, dan salah satu yang paling berkesan terjadi ketika saya sedang berkunjung ke Nathawee untuk keperluan pekerjaan pada tahun lalu, Distrik Nathawee ini merupakan sebuah nama daerah yang berada di Provinsi Songkla, Thailand Selatan. Daerah ini berdekatan dengan Distrik Sadao dan Padang Besar yang merupakan perbatasan Thailand Selatan dan Kedah, Malaysia. Dan inilah kisahku: petualangan mencari bumbu kacang yang berujung Thai Tea!

Nathawee Road

Hari itu saya sedang melakukan kunjungan ke sebuah sekolah di Nathawee dan agenda pada saat itu adalah demo memasak, sedangkan tim kami tidak ada yang pandai memasak, kami hanya pandai memakan dan mencicipi makanan hahaa. Pada demo memasak makanan khas Indonesia ini kami berencana ingin mengenalkan Pecel sebagai makanan khas Jawa Timur kepada mereka, akan tetapi saat saya cek tas kresek hitam yang kami bawa dari Indonesia ternyata hanya ada kaleng bumbu gudeg dan krensengan saja tidak ada bumbu pecel didalamnya, setelah saya ingat-ingat ternyata bumbu pecelnya sudah diberikan semua sebagai oleh-oleh di sekolah yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia karna sebelum ke Thailand kami berkunjung ke Malaysia terlebih dahulu. Karena salah satu tim terlanjur mengatakan kalau kami akan demo memasak pecel sedangkan bumbu pecelnya tidak ada, maka saya harus mencari solusi untuk mencari pengganti bumbu pecel maka muncullah ide “bumbu kacang dicampur kecap dan saus pedas” saya pikir ini adalah ide yang sangat solutif, karna sepertinya saya bisa menemukan bumbu kacang/bubuk kacang di Thailand dan rasanya akan sedikit mirip dengan pecel, maka saya inisiatif untuk mencari bahan tersebut ke pasar terdekat bersama asisten teman saya.

Misiku pada saat itu cukup sederhana:  mencari bumbu kacang, dan kembali ke penginapan mengambil banner untuk foto bersama. Akhirnya saya meminjam sepeda motor milik pegawai kantin sekolah untuk pergi ke pasar tradisional terdekat. Dan tantangan dimulai ketika saya sudah berada di pasar dan menyadari bahwa hampir seluruh orang di pasar tidak bisa berbahasa Inggris. Sedangkan Internet Roaming maupun Javamifi tidak ada sinyal disini, menurut info hanya sim-card local yang sinyal internetnya full ditempat ini, namun saya belum sempat membelinya. Hiksss lalu gimana cara komunikasinya?

Ketika hampir menyerah karna mereka tidak ada yang paham dengan apa yang kubicarakan, kemudian ada seorang perempuan penjual daging berkata, “Saya bisa cakap Melayu sikit-sikit , kakak cari apa saya cuba bantu” Wuahhh saya merasa seperti mendapat harapan baru. Namun ternyata, bahasa Melayu dengan logat Thailand bukanlah sesuatu yang mudah dipahami. Saya menjelaskan panjang lebar dan dia mengajak kami berkeliling pasar lagi untuk menunjukkan apa yang saya cari tapi bukan itu yang saya cari, dan saya merasa beliau tidak paham dengan apa yang saya maksud dan akhirnya kami tidak membeli apa pun dari pasar tersebut.

Jangan salah, saya tidak semudah itu untuk menyerah, kali ini saya coba cari di minimarket “Seven Eleven”, saya coba cari dibagian rak kaleng bumbu, namun bahasanya keriting semua. Karna terbatas oleh waktu, maka kali ini saya mengandalkan feeling, mana sambal yang enak dan cocok untuk dipadukan dengan sayur. Saya hanya bisa berharap kalau mereka tidak tau dan tidak pernah makan pecel sebelumnya, hahaaaa.

Misi pertama selesai dan saya melanjutkan misi kedua yaitu mengambil banner untuk foto bersama. Fyi, dihari itu kami ada 2 jadwal kunjungan di 2 sekolah yang berbeda diwaktu yang sama, sehingga kami membagi 2 tim. Saya dan asisten teman saya berniat untuk mengantarkan banner ke tempat kunjungan sekolah kedua dengan membawa sepeda motor yang saya pinjam di kantin sekolah pertama. Setelah selesai dari sekolah kedua, kami kembali ke sekolah pertama untuk mengembalikan sepeda motor tersebut, namun ternyata mobil rombongan tim kami sudah pergi ke destinasi selanjutnya yaitu kuil dan hutan lindung tanpa kami. Yaasudahlah, akhirnya kami berdua pun berjalan kaki menuju penginapan saja.



kami berjalan kurang lebih sekitar 2 km menuju ke penginapan, karna saat ini mataharinya terasa sangatlah panas sekali hingga saya merasa haus. Akhirnya saya memutuskan untuk mampir sebentar di kedai minuman di pinggir jalan. Baru saja membuka mulut untuk memesan, si penjual langsung berkata, “No English” Waduh, Saya berusaha tenang dan berkata “It’s Okay” sambil mengambil buku menu dengan maksud menunjuk minuman, tapi yang kulihat hanyalah tulisan keriting Bahasa Thailand, tak ada yang bisa kubaca karna gambar minuman satu pun tak ada. dalam pikirku kalau di Indonesia banyak kedai minuman menjual Es Teh, maka di Thailand pasti banyak yang menjual Thai Tea dong. Dan benar saja, saat saya bilang “Thai Tea” penjualnya langsung mengangguk dan saya bisa menikmati segarnya Thai Tea dan bersantai di penginapan setelah satu hari penuh drama bahasa dan jalan kaki.

Dari pengalaman ini aku belajar bahwa setiap perjalanan tidak selalu mulus, tapi justru dari kejadian lucu dan tak terduga itulah cerita menarik tercipta. Bahasa bisa menjadi penghalang, tapi juga bisa menjadi jembatan asal kita tetap terbuka dan percaya diri.


Author,

@rofiahsn - laugh, learn, and thai tea


No comments:

Post a Comment

Tersesat Bahasa: Pengalaman Lucu di Nathawee, Thailand Selatan

Ada-ada saja pengalaman lucu saat bepergian, dan salah satu yang paling berkesan terjadi ketika saya sedang berkunjung ke Nathawee untuk kep...